Pencarian Teman Sejati
Pencarian yang melelahkan. Di mana akan kudapat teman yang akan menjadi penolongku kelak di akhirat nanti selain suami, anak dan keluarga?
Aku mengontak salah satu teman yang cukup dekat semasa kuliah dulu. Sebenarnya sampai sekarang pun, kami tetap saling berkomunikasi. Tapi, hanya sebatas obrolan biasa dalam grup alumni.
Kesibukkan aku sebagai wanita pekerja membuatku terlalu lelah untuk sekadar mengobrol basa-basi. Tak dinyana, kesepian di antara kesibukkan selalu datang tanpa permisi. Hatiku sering merasa hampa. Dari kondisi seperti itulah, aku ingin menjadikan dia teman berbagi suka dan duka, seperti zaman waktu kami kuliah dulu
Kami memang tidak tinggal di satu kota. Dia di Depok sedang aku di Bekasi. Kecanggihan teknologi yang ada sekarang tentunya membuat jarak antara kami tidak berarti.
Akhirnya, dimulailah percakapan intens kami di satu hari pertama itu.
Dihari pertama tersebut kami mulai saling membuka diri, walaupun baru sebatas info tentang sifat dan tingkah laku anak. Pada hari kedua, topik kami mulai mengerucut menjadi masalah rumah tangga. Pembicaraan tentang rumah tangga ini pun baru sebatas masalah umum yang sederhana. Seperti perdebatan kecil tentang kesukaan dan tidak kesukaan para suami kami.
Ketika aku merasa kecocokan semasa kuliah dulu hadir kembali. Ketika aku hendak terbuka mengemukakan alasan mengapa hati selalu merasa hampa padanya. Ketika pertemuan yang telah kami atur dengan baik. Entah kesengajaan atau tidak. Aku melihat dia bersama seorang laki-laki yang merupakan teman kuliahku juga.
Yah, aku bertemu dengannya ketika aku tiba satu jam lebih cepat di mall Depok ini. Mall di mana kami akan melanjutkan cerita-cerita kami.
Kulihat pertemuan mereka seperti sudah biasa. Aku merasa hubungan mereka begitu dekat, bukan seperti layaknya pertemuan teman yang lama tidak bertemu. Insting kewanitaanku berkata lain. Seperti ada sesuatu yang tidak boleh terjadi. Kuakui bahwa teman laki-lakiku itu memang naksir dengan teman perempuanku semasa kuliah dulu. Sayangnya teman perempuanku menyukai teman laki-lakiku yang lain.
Hmm, rupanya teman laki-lakiku itu masih penasaran dengan cintanya. Bahkan sampai mereka masing-masing mempunyai keluarga, tidak menghalangi untuk menjalani hubungan gelap. Aku akan memastikan bahwa dugaanku tidak salah pada mereka.
"Hai, Rez." Aku sengaja datang menyapa dengan tiba-tiba.
Terlihat dari ekor mataku teman perempuanku berusaha menutupi keterkejutannya. Tapi tidak dengan Reza. Dia tidak berhasil mengendalikan diri dari sikap gugupnya. Kemudian kulihat mereka saling menatap tanpa kumengerti maksudnya. Tapi aku dapat membaca bahasa tubuh mereka.
Tidak lama kemudian Reza pun pamit meninggalkan kami berdua. Kecanggungan pun terjadi antara aku dan dia sepeninggal Reza. Semua cerita yang akan kutumpahkan padanya seperti hilang ditelan kekakuan suasana tersebut.
Aku pun berpikir ulang akan keputusanku untuk menjadikan dia teman dekat kembali. Sepertinya aku harus mencari teman lain.
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5
0 komentar