Kalah Cepat
Alarm gawai berbunyi lemah, tapi cukup terdengar di telinga adikku yang berada di kamar sebelah.
"Kak, alarm lo bunyi tuh!" Teriakkan adikku pun sama terdengar lemah. Celah dinding atas kamar di mana ac dipasang yang dibagi dua denganku tidak serta merta suaranya bisa menerobos masuk dengan kencang.
Tidak ada satu pun yang dapat mengganggu tidurku pagi ini. Ziva sedang merayu, memohon cintanya padaku.
Tiba-tiba aku terkejut dan terbangun karena percikan air ke wajahku. Marah, geram, dengan pelaku yang sudah bisa kuduga. Ketika amarah siap meluap dengan menyingkirkan guling, agar tubuhku bisa berbalik.
"Maaf Den. Mbok Mi diminta den Rara untuk menyiram sedikit air ke wajah den Ryan supaya bangun."
Senyum nakal terukir terlihat menyebalkan mengintip di balik tembok pintu kamarku.
"Gue kan cuma ngejalanin pesen mamah ajah, Kak. Mamah bilang lo nggak boleh terlambat masuk sekolah lagi. Soalnya lo udah dapet peringatan yang kedua dari sekolah."
Ya yah, aku akui kalau sebulan ini memang sudah dua kali terlambat. Tapi, mamah kan nggak perlu nitipin aku sama Rara. Huh! Aku mendengus kesal ketika Rara melempar handuk dan tepat mendarat di kepalaku. Nggak tahu yah, kalau aku sedang mengumpulkan nyawa sehabis bangun tidur.
Ketika ingin kubalas tindakan Rara tersebut. Terdengar langkah kaki Rara tergesa menuruni anak tangga. Awas! Tunggu pembalasanku kau Rara. Dengan penuh amarah dendam membara.
Rasanya memang sudah cukup aku membolos sekolah dua kali. Data tentang Ziva murid kelas sebelahku, sudah kupegang. Seperti di mana rumahnya, makanan kesukaannya: biar nanti pas makan di resto aku bisa langsung pesan. Gimana? Pastinya kan dia akan terkesan padaku, kan?
Menurut Titi teman dekatnya, Ziva sedang diincar oleh Rendra. Hmm, Rendra memang pernah ngomong sih, kalau dia ingin nembak Ziva padaku beberapa hari yang lalu. Dan ternyata langkah dia sudah jauh di depanku. Berarti aku harus bergerak cepat nih. Jangan sampai keduluan Rendra.
"Mandi koboi yah, Kak? Cepet amat?"
Aku tidak menanggapi ocehan Rara. Karena dipikiranku sedang menyusun skenario menembak Ziva sepulang sekolah nanti. Jangan sampai keduluan Rendra, teman kelas sebelahku, 3 IPA2.
"Udah ah, gue berangkat duluan aja deh. Kayak ngomong sama patung gue."
Akhirnya aku tersadar oleh ucapan Rara. Aku kan satu sekolah dengan Rara di SMA Puspa Bangsa. Pesan mamah sebelum pergi menemani papah bertugas ke luar negeri, aku harus berangkat sekolah bersama-sama dengan Rara.
"Eh, Ra. Lo bareng ama gue ajah seperti biasa, yuk!" Aku menggigit roti sambil menyambar tas yang tergantung di sandaran kursi.
Dari atas motor ocehan Rara tetap tidak berhenti. Kok bisa yah adikku ini punya begitu banyak cerita.
"Kak, lo tahu Ziva anak kelas 2 IPS4 nggak? Jangan bilang lo nggak tahu yah, Kak."
Aku mulai tertarik dengan cerita Rara bagian Ziva ini. Setelah sebelumnya dia bercerita tentang gebetannya yang nggak penting itu.
"Parah lo, Kak. Gue kasih tahu siapa itu Ziva yah. Dia itu cewek favorit inceran kelas tiga. Makanya lo gaul dong. Jangan bolos mulu."
Huh, sialan nih Rara. Aku masa dibilang nggak gaul. Nggak tahu dia kalau kakaknya kemarin bolos itu nyari data tentang Ziva.
"Trus nih ya, Kak. Ziva itu kalau putus sama pacar, cepet dapet gantinya lagi."
Yaileh nih Rara. Nggak tahu dia, kalau kakaknya ini bakal nembak Ziva sepulang sekolah ntar.
"Dan lo tahu nggak, Kak? Ziva itu baru bikin patah hati semua laki-laki kelas tiga kemarin dan ... ."
Aku tersentak kaget dan meremas tanganku yang memegang rem, sehingga menyebabkan motor berhenti mendadak.
" ... aw." Rara mengaduh ketika helmnya beradu dengan helmku.
"Maksud lo Ziva bikin patah hati gimana, Ra?"
Sambil membetulkan posisi duduknya akibat rem dadakan kakaknya. Rara berkata, "Kak Rendra kemarin baru jadian sama Ziva.
Kulajukan motor dengan perlahan. Aku mengutuk diri sendiri karena sudah bergerak lamban. Dan menyesali mengapa kemarin tidak masuk sekolah. Ah, begitu banyak seandainya yang muncul tiba-tiba di kepala. Yah, banyak seandainya yang mungkin saja keberuntungan Rendra ada pada dirinya.
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5
1 komentar
Hahaha..kasihan deh...sudah bolos nggak dapat Basil...:)
BalasHapus