BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN NHW#9

by - Maret 24, 2018

*Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #9*

_Disusun oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional_

*BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN*

Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi individu untuk menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas gender. Karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi prioritas yang sama.

Keberadaan Ibu di masyarakat akan meningkatkan kualitas pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat.

Maka berkali-kali di Ibu Profesional kita selalu mengatakan betapa pentingnya mendidik seorang perempuan itu. Karena

_“mendidik 1 perempuan sama dengan mendidik 1 generasi”_

Maka apabila ada 1 ibu membuat perubahan akan terbentuk perubahan 1 generasi yaitu generasi anak-anak kita. Luar biasa kan impactnya.

Darimanakah mulainya?

Kembali lagi, kita harus memulai perubahan di ranah aktivitas yang mungkin menjadi

*“MISI SPESIFIK HIDUP KITA”*

Kita harus paham JALAN HIDUP kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai CARA MENUJU SUKSES.

Setelah menemukan jalan hidup, segera lihat lingkaran 1 anda, yaitu keluarga. Perubahan-perubahan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi _CHANGEMAKER FAMILY_.

Mulailah dengan perubahan-perubahan kecil yang selalu konsisten dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah perubahan.

Karena sejatinya amalan-amalan yang dicintai adalah amalan yang langgeng ( terus menerus) walaupun sedikit.

Kalau di Jepang mereka mengenal pola kaizen ( Kai = perubahan , Zen = baik) Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Setelah terjadi perubahan-perubahan di keluarga kita, mulailah masuk lingkaran 2 yaitu masyarakat /komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di Kecamatan ini, di kota ini atau di negara ini. Lihatlah kemampuan anda, mampu di level mana. Maka jalankan perubahan-perubahan tersebut, dari hal kecil yang kita bisa.

*START FROM THE EMPHATY*

Inilah kuncinya.
Mulailah perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di keluarga.
Sehingga aktivitas kita di masyarakat tidak akan bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan melengkapi.
Setelah EMPHATY maka tambahkan PASSION , hal ini akan membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masayarakat

KELUARGA tetap no 1, ketika bunda aktif di masyarakat dan suami protes , maka itu warning lampu kuning untuk aktivitas kita, berarti ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah protes, maka itu warning keras, LAMPU MERAH. Artinya anda harus menata ulang tujuan utama kita aktif di masyarkat.

Inilah indikator bunda shalehah, yaitu bunda yang keberadaannya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya.

Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa berkontribusi kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “Rasa TENTRAM”.

Salam

/Tim Matrikulasi IIP/


Sumber Bacaan :
_Masaaki Ima, Kaizen Method, Jakarta , 2012_
_Ashoka Foundation, Be a Changemaker: Start from the Emphaty, 2010_
_Materi-materi hasil diskusi keluarga bersama Bapak Dodik Mariyanto, Padepokan Margosari, 2016_

Tidak terasa tugas NHW#9 adalah yang terakhir. Itu berarti saya sudah melewati sembilan minggu bersama kelas Matrikulasi Batch 5, Bekasi 1.

Tugas terakhir adalah ujung dari pendalaman dan pemantapan diri, akan fungsinya terhadap masyarakat sekitar.

Di antara menulis dan berjualan, saya pun memilih fokus di menulis.

Kegiatan menulis tentunya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan membaca. Untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik dan "tidak kosong", tentunya harus banyak membaca.

Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Padahal kebiasaan membaca dan menulis akan membuat seseorang dapat mengolah informasi dengan baik. Dengan membaca pengetahuan akan bertambah. Bukankah membaca itu adalah jendela dunia?

Agar hasil membaca tidak menguap. Maka semua harus ditulis, bukan menyalin, lho. Dengan menulis, apa yang telah dibaca maka ilmu sudah diikat. Bahkan apa yang dipikiran atau ide, dapat ditulis. Kita tidak akan tahu, bisa jadi tulisan tersebut akan menjadi solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi.

Oleh sebab itulah, budaya membaca ini harus dari keluarga sebagai orang terdekat. Kebiasaan membaca pada anak sejak dini, tentunya tumbuh dari orang tua yang suka membaca. 

Mempunyai perpustakaan mini adalah salah satu cita-cita saya. Bermaksud menggalakkan kegiatan literasi dari lingkungan terdekat dulu, yaitu tetangga. 







You May Also Like

0 komentar