Cinta untuk Niar - part7
Cowok berkulit sawo matang itu sedang asik bermain basket. Bulir peluh di dahi dan di lengan kekarnya, menambah beberapa pasang bermata lentik dan jeli tidak berkedip. TapI dia tidak menyadari hal tersebut. Dia tetap asik bermain sendiri.
Matahari siang pukul dua itu tidak membuat dia surut untuk menghentikan lemparan bola basketnya ke dalam ring.
"Hadeh gila aja emang tuh si Dua T. Gue disuruh PDKT sama tuh orang." Gumam Niar pelan sambil bergidik jijik melihat cewek-cewek yang terhipnotis dengan penampilan Evan. Niar benar-benar termakan janji pada sahabatnya, Tika dan cowoknya Tedi.
Tedi sudah mendapatkan informasi tentang Evan. Cowok itu menurut keterangan Tedi sudah lama menjomblo. Diputusin ceweknya lewat pesan singkat. Persis seperti Niar. Selang dari putusnya hubungan Evan dengan ceweknya itu. Dia mendengar kabar bahwa sebelum memutuskan Evan, ceweknya itu sudah selingkuh duluan. Kejadian sama yang dialami oleh Niar.
Bila Niar diputusin karena Niko merasa hubungannya flat. Sedangkan Evan, dia terlalu percaya dengan ceweknya itu. Tedi bilang, prinsip Evan berhubungan hanya berpegang pada kepercayaan. Sayang, ceweknya menyalah gunakan kepercayaan yang sudah diberikan Evan. Dia berpacaran dengan sahabat Evan sendiri. Itulah sebab musabab Evan pindah sekolah. Dia tidak mau melihat orang yang melipat dalam lipatan.
Soal kepercayaan tersebut ternyata menjadi cikal bakal Evan tetap sendiri. Dia tidak percaya lagi dengan makhluk yang bernama perempuan.
Lihat! Evan begitu tidak mempedulikan banyaknya mata yang penuh harap untuk dilirik. Mata-mata indah dengan botol minum, handuk, kipas, dan payung ditangan mereka. Mereka menginginkan Evan menghampiri dan menerima penawaran untuk sekadar membuat mereka bahagia. Walaupun sebenarnya mereka menginginkan Evan membalas, dengan menerima hati yang mereka tawarkan. Sayangnya itu tidak mereka dapatkan. Mimpi! Bahkan putri mahkota sekolah ini, Risa, tidak dapat menaklukan hati Evan.
Niar melihat Evan dari depan kelasnya. Jauh dari cewek-cewek yang melihat Evan di pinggir lapangan. Niar sedang menelisik, menyidik, dan berpikir, langkah baik apa yang harus dilakukan. Jurus cewek-cewek tersebut jelas tidak dapat dipakai oleh Niar.
"Woi! Tolong dong bolanya lempar balik ke sini," ucap Evan dari tengah lapangan.
Rupanya Niar bukan lagi melihat Evan yang sedang bermain basket. Tapi dia tenggelam dalam tatapan mata kosong karena pikirannya berkelana memikirkan taktik. Yaitu strategi mendekati Evan dengan cara alami, buka norak seperti cewek-cewek di pinggiran lapangan itu. Merendahkan diri, mengemis perhatian dari cowok yang memang bernilai sembilan setengah dari skala sepuluh.
#OneDayOnePost
#ODOPBatch5#tantangancerbun
0 komentar