Cinta untuk Niar - part#8
Angin dari kibasan tangan ke wajah Niar menyadarkan lamunannya. Kini Niar terhipnotis oleh sepasang mata tajam yang melihatnya dari jarak begitu dekat ke wajahnya.
Kini Niar bukan lagi menatap dengan mata kosong. Tapi kini Niar mematung tanpa berkedip. Bibirnya setengah terbuka. Tidak percaya bila orang yang sedang ada dalam strategi di kepalanya muncul dihadapan secara tiba-tiba. Apa yang harus dilakukan Niar? Dia belum siap dengan situasi ini.
"Wah, bener-bener nih cewek. Masih belum sadar juga, gue udah berdiri sedekat ini," ucap Evan sambil menepuk pelan pipi Niar.
Sebuah tamparan balik ke wajah Evan secara reflek dilakukan Niar. Evan terkejut. Belum lagi mulutnya berbicara. Niar sudah berkata banyak tanpa titik.
"Lo tuh yah. Mentang-mentang punya wajah cakep, seenaknya ajah pegang pipi orang. Gue bukan cewek-cewek itu yang minta perhatian lo. Enak ajah lo pegang-pegang pipi orang." Niar mengusap pipinya, seakan ingin menghilangkan bekas tangan Evan.
Evan membuka mulutnya untuk menangkis kata-kata Niar. Tapi Niar seakan tahu pertanyaan Evan. Dan Niar menjawab pertanyaan Evan dengan tatapan mata berani dan menantang.
"Denger yah! Gue berdiri di sini bukan karena liatin lo main basket. Gue tuh cuma nggak habis pikir. Kenapa cewek-cewek itu rela berpanas-panasan demi lo. Padahal lo nya ajah nggak peduli."
Dan sekali lagi Evan hanya bengong dan bingung. Mau marah, dia sudah dimarahi oleh Niar. Mau balas ucapan Niar, tidak diberi kesempatan.
"Hei cewek cerewet. Ngomong kayak kereta api. Ge er banget sih lo. Siapa juga yang mau deket sama cewek cerewet kayak lo. Sori kalau gue pegang pipi lo. Gue takut lo kesambet nih penunggu sekolah. Abis bengongnya kelewatan banget," kata Evan sambil mengambil bola di dekat kaki Niar.
"Nih, lihat! Gue ngedeketin lo karena ini," Ucap Evan sambil menunjukkan bola basket ke dekat wajah Niar.
"Coba kalau lo sadar gue panggil dari tengah lapangan tadi. Gue nggak bakal datang nyamperin lo," lanjutnya lagi sambil melangkah pergi tanpa melihat Niar yang akhirnya salah tingkah.
Niar bersyukur Evan tidak melihat ekspresi wajahnya yang tiba-tiba merasa bersalah dan malu.
Kemudian Niar tersadar dengan apa yang baru saja terjadi. Niar mengadu kepalanya pelan dengan tembok beberapa kali sambil menyesali kesempatan yang telah lewat tadi.
Seharusnya kesempatan emas pada saat Evan mendekatinya, dia tidak bersikap seperti itu. Lihat! Begitu banyak cewek-cewek di pinggir lapangan berharap bisa didekati Evan. Dan, ketika Evan sudah mendekatinya, Niar malah membuat Evan benci dengan sikapnya tadi.
#OneDayOmePost
#ODOPBatch5#tamtangancerbung
0 komentar