Istirahat

by - November 23, 2018

Percakapan aku dan suami via whatsapp:

“Pah, hari ini mamah istirahat, yah.” Begitu bunyi pesanku pada suami.

Begitulah aku kalau pada hari sebelumnya bekerja keras. Mencuci sprei atau handuk, menyetrika, beberes rumah. Maklum mencucinya kan manual. Jadi esok harinya aku mau bersantai. Melepas lelah dengan tidak memasak.

Maklum cuma berdua di rumah. Hari-hari biasa, kakak kan nge-kos. Jadi urusan mah gampang lah, ya.

“Kenapa? Mamah sakit?” Balas suamiku dengan nada khawatir. Setidaknya itulah dalam bayanganku kalau dia sedang berbicara menanggapi kalimat pernyataan tadi.

“Nggak apa-apa kok, Pah. Cuma pengen istirahat aja hari ini.” Balasku dengan memberi emoji orang berkaca mata hitam.

Saat itu pukul dua siang-an gitu. Detik-detik mendekati waktu bertugas di dapur.

“Mamah mau dibeliin apa buat makan malam?”

Pertanyaan yang diharapkan muncul juga akhirnya. Pengertian banget sih, my lope lope husband. Cuma dengan satu kata kunci istirahat. Dapat membuka ke pintu lain yang sangat berhubungan dengan kenyamanan tubuh dan perut.

Kalau makan malam boleh beli, berarti kan tubuh nggak perlu berdiri di dapur. Aku hanya memerlukan tubuh ini duduk manis di meja makan. Bersiap untuk memanjakan lidah yang bakal membuat perut yang kenyang.

Oke, mulai berpikir. Ayam bakar, ayam penyet, martabak telur, atau satai kambing.

“Ayam penyet atau ayam bakar?”

Pesan berikutnya muncul, setelah beberapa lama aku tidak tidak membalas pesan terakhir papah.

Ya ampun, papah mengerti banget sih apa yang dimau istrinya.

“Ayam bakar aja deh, Pah.” Dengan cepat aku membalas pesan papah.

“Oke.” Balesnya pendek.

Percakapan siang itu selesai. Aku pun berkutat dan menekuni kembali dengan gawaiku. Tanggung lagi asik leyeh-leyeh nonton drakor. Heuheu.

Adzan ashar berkumandang satu jam kemudian. Aku pun menyudahi sementara drakor yang sedang seru-serunya itu. Aku bangun dari posisi rebahan di kursi lalu menuju tempat wudhu yang melewati dapur.

Sebelum sampai tempat wudhu terlintas dipikiranku. Kalau nanti papah beli ayam bakar dua potong. Itu berarti tiga puluh ribu yang harus dikeluarkan papah. Jumlah tersebut kan cukup buat makan siang papah dua hari. Bisa juga cukup buat bensin motornya. Kalau duit tiga puluh ribunya diberikan ke aku. Lalu ditambahkan dua ribu rupiah, bisa dapet empat potong ungkep ayam di Babang Rico tukang sayur.

Otakku memerintahkan tubuhku balik kanan dari tempat wudhu yang dua langkah lagi sampai. Kuambil gawai yang diletakkan di meja dekat kursi di mana aku rebahan tadi.

“Pah, nggak usah beli lauk makan malem, deh. Mamah mau masak aja, deh.”

Sayang juga belanjaan tadi pagi kalau nggak diolah. Baiklah, setelah shalat ashar mari kita bekerja di dapur.

Kupastikan tanda centang dua pada pesan yang baru saja dikirim. Setelah itu, aku pun ngeloyor pergi ke tempat wudhu.

#TantanganRumlitIPBekasi
#DiariIbuProfesional
#CeritaIbu
#CeritaKeluarga
#CeritaKita





You May Also Like

0 komentar