Tentang Pagi

by - Januari 26, 2018


"Mamah nemenin ade yah hari ini? Yang cari uang papah ajah?" Atief menarik-narik ujung baju kau.

Kau sebenarnya sudah ingin mengabulkan permintaan Atief. Tapi kau langsung teringat bahwa ada tugas kantor yang harus diselesaikan hari ini.

"Atief sayang. Besok kan hari Sabtu mamah libur. Nanti kita bisa main seharian bersama sampai puas." Kau membujuk anakmu. Menuntut pengertian Atief agar melepaskan cengkraman tangannya  pada ujung bajumu.

Anakmu terdiam. Hari libur sekolah anakmu memang akan berakhir di hari Minggu. Dan selama libur kenaikkan kelas yang dua minggu itu. Tak satu hari pun kau habiskan waktu bersamanya. Kau selalu membawa pulang kerjaan kantor dengan seribu satu alasan.

Wajah bocah kecil enam tahun itu memberikan senyum terindah untukmu. Dengan baris giginya yang ompong di depan, menambah berat kakimu untuk melangkah. Begitu sudah banyak janji diumbar tanpa satu pun terlaksana. Tapi bocah kecilmu tak menaruh dendam padamu. Dia tidak lupa akan janjimu, tapi dia yakin kali ini kau akan menepatinya.

Dilambaikan tangan mungilnya padamu. Wajah putih bersih dan sinar matanya yang ceria melepasmu pergi. Tiada tangis pagi itu. Kau pun tenang meninggalknnya. Setiap langkahmu yang menjauh darinya. Kau tanamkan janji pada hatimu bahwa pada akhir tahun ini, kau akan fokus mengurus rumah dan keluarga. Dan kau pun menyadari bahwa janji yang ditanamkan tersebut adalah untuk yang kesekian kalinya.

Sepanjang perjalanan keluar komplek perumahan pagi itu, terdengar tangisan anak yang enggan ditinggal ibunya bekerja. Ah, kau tidak sendirian rupanya. Banyak ibu yang mempunyai balita bernasib sama. Mereka mau ibunya selalu ada di rumah. Menemani, mengawasi, bermain, dan menghabiskan waktu bersama.

"Berangkat, Bu?" sapa Pak Satpam komplek ramah. Salah satu tugas satpam adalah wajib ramah pada penghuni komplek. Kalau tidak? Alamat dilaporkan warga, dan jadi penilaian buruk. Jadi senyum itu wajib bagi mereka.

Entah mengapa kau suka sekali menggunakan kendaraan umum.

"Aku suka keramaian di dalam angkot. Terkadang aku seperti tenggelam dalam percakapan di antara beberapa penumpang. Aku bisa mendapatkan sebuah cerita menarik yang tidak pernah kudapat dari membaca novel-novelku." Jawabmu ketika ditanya teman sekantor.

Dan pagi itu, angkot yang tidak jauh dari komplek perumahanmu sudah siap berangkat. Yah, kau beruntung karena di situlah lokasi angkot ngetem.

Kau pilih tempat duduk di ujung dekat jendela. Hanya seorang pelajar SMA bersamamu pagi itu di dalam angkot.
Kau keluarkan gawaimu seperti kebanyakkan orang. Yang setelah duduk manis di kendaraan umum maka memainkan gawai menjadi hal wajib dilakukan.

Kau buka aplikasi photo pada gawaimu. Dan tiba-tiba matamu berkaca-kaca. Kau melihat seorang bocah kecil dengan senyum dan tanpa gigi dua buah di depannya.

Kau berucap, "maafkan mamah, Nak. Seandainya waktu dapat diputar kembali."

Dan selamanya kau hanya bisa mengenang tentang pagi.

#OneDayOnePost
#ODOPBatch5#day5

You May Also Like

4 komentar

  1. Iyah. Tapi selalu ada pilihan kan?

    BalasHapus
  2. betul mbaa.. aq IRT murni.. suka sedih klo lihat ibu pekerja.. mereka pasti juga sedih hrs ninggalin anaknya.. anaknya jg sedih... hiksss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya ngerasain itu, tapi dah telat. Nggak bisa putar ulang waktu.

      Hapus