Keputusanku

by - Januari 24, 2018


"Disti!"

Deg! Aku mengenal suara yang memanggilku itu. Benarkah itu dia? Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Aku pun kembali asyik memilih baju yang tergantung di rak pakaian.

Dept. store hari ini begitu ramai. Padahal puasa yang dijalani belum juga seminggu. Mungkin orang-orang banyak berpikir, bila membeli baju lebaran menunggu THR cair, pastinya dept. store bakal ramai. Dan kalau ramai, pasti anak-anak akan rewel karena penuh sesak. Memilih baju pun tidak maksimal. Terlebih bila mendekati hari lebaran, stok lama di gudang akan didisplay kembali. Kalau tidak cermat dan teliti. Hal yang mungkin terjadi adalah kita mendapatkan kualitas baju jauh dari baik. Entah itu jahitannya yang jelek atau kancing baju yang hampir terlepas.

"Disti!"

Suara itu lagi. Dan sekarang aku mulai terusik. Terusik dengan kerinduan yang sangat mengganggu ini. Aku membalikkan tubuhku. Mataku berkeliling di penuh sesaknya pengunjung dept store. Tidak ada sosok yang kuharapkan itu.
Kugelengkan kepala dengan mata terpejam. Sial! Tidak berhasil. Suara yang memanggil namaku itu tidak mau pergi.

Aku benci bila mengingat dirinya. Semenjak dia putuskan untuk menerima pekerjaan di Dubai sebagai tekhnisi kilang minyak. Saat itu pun aku putuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan dia, tanpa kata perpisahan.

Sepertinya baju bermotif bunga kecil-kecil didominasi oleh warna hijau ini cocok untukku. Aku mengambil baju tersebut dan menempelkannya ke tubuhku.

"Kurasa warna biru ini lebih cocok untukmu." Seorang laki-laki tiba-tiba saja muncul sambil memperlihatkan baju yang sama modelnya dengan yang dipegang oleh aku.

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku. Kami saling tatap tanpa berkedip. Seakan hati kami saling berbicara meluapkan kerinduan.

"Bisakah kita berbicara menuntaskan apa yang tertunda lima tahun yang lalu?" ucapnya menyadarkanku.

Aduh, harus kujawab apa ajakannya itu. Aku tidak bisa membohongi hati, kalau nama Ray masih terpatri indah di jantungku. Bilakah aku menjalani hubungan ini kembali dengannya? Aku pasti bisa bermain aman. Aku hanya ingin Ray mengisi sebelah hatiku yang kosong.

"Mamah!" Zacky memanggilku.

Kulihat suamiku menghampiriku dengan menuntun anakku Zacky.

"Maaf Ray, aku tidak bisa," ucapku singkat dan pergi meninggalkan dia yang berdiri terpaku.

#OneDayOnePost
#ODOPbacht5#day3





You May Also Like

2 komentar