Dinar
Zein menatap tajam tepat di bola mata Dinar yang kehijau-hijauan karena memakai contact lens. Tidak mau kalah, Dinar pun menatap mata Zein tanpa berkedip. Tidak perlu kata-kata panjang lebar. Tatapan mereka sudah melebihi kalimat yang harusnya terucap. Bukankah kejujuran dapat dilihat dari sorot mata yang tersirat?
"Jadi?" Zein mendekatkan wajahnya ke wajah Dinar, "lo terima gue lagi kan?"
Merasa risih karena napas Zein begitu memburu ke wajah Dinar. Dan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Dinar menarik tubuhnya ke belakang.
Semilir angin sore dan pantulan sinar mentari ke danau. Membuat taman komplek perumahan Dinar begitu indah.
Bangku taman terbuat dari semen dan dibentuk menyerupai sebuah potongan batang pohon besar. Sedangkan mejanya terbuat dari tumpukan batu bata yang dilapisi semen, sehingga terkesan alami. Apalagi pepohonan di sekitar danau sangat rindang dan rimbun.
Anak-anak bermain, berlarian, berkejaran dengan tawa riang yang tak henti-hentinya. Tidak jauh dari Dinar dan Zein duduk. Terlihat seorang bocah kecil kira-kira berusia empat tahunan melempar potongan roti ke arah sekawanan bebek yang berenang di tepi danau. Sedangkan pengasuhnya menyuapkan nasi ke dalam mulut bocah kecil itu.
Apabila Dinar sedang galau dan pikiran kalut. Dia akan menyendiri, merenung, dan menenangkan hati di danau ini. Seperti satu kejadian yang tidak pernah dia lupa.
*
Ketika itu, pada jam yang sama disore hari. Zein memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Dinar. Yah, enam bulan yang lalu. Setelah dua tahun mereka bersama dan tidak ada masalah di antara mereka kala itu. Tiba-tiba saja sebuah pesan singkat dari Zein mengejutkan Dinar. "Maaf, Din. Sepertinya hubungan gue sama lo harus udahan sampe di sini."
Dan keesokkan harinya di sekolah. Dinar melihat Zein asik bercanda mesra dengan Teri, anak IPS.
Sebelumnya memang santer kalau Zein ada hubungan dengan Teri. Tapi, setiap ditanya kejelasan hal tersebut. Zein selalu bilang, " lo lebih percaya mereka dari pada gue?"
*
"Din!" Zein menjentikkan jarinya di depan wajah Dinar. Mata Dinar pun mengerjap, tersadar dari lamunannya.
"Kesendirian lo sampai sekarang masih membuktikan kalau lo masih cinta gue," ucap Zein yakin.
"Dinar sama gue sekarang!" Tiba-tiba ada suara laki-laki dari belakang Zein.
Dinar berdiri dari duduknya dengan senyum dan mata berbinar.
Sedangkan Zein? Belum sempat dia menoleh ke belakang untuk meyakinkan suara laki-laki tersebut. Laki-laki itu sudah berjalan menghampiri Dinar yang kemudian merangkul bahunya.
"Lo?" Zein menatap terkejut laki-laki itu. Dugaannya tidak salah. Laki-laki itu adalah sahabatnya sendiri, Dito.
#OneDayOnePost
#ODOPbatch5#day2
7 komentar
ooww teenlit, berasa baca novel teenlit jaman smp, duh aku udh tuwirr yaa...
BalasHapusHeuheu sama dong tuwirnya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusRomansa remaja banget. Aku suka ^^
HapusMengkhayal jaman muda ceritanya 😊
HapusWaah Dito terbayang sebagai karakter yang cool macam di oppa oppa Korea, Bun. Sukaaaa.
BalasHapusIyah, sengaja dibikin cool gitu kak. Soalnya saya suka cowok cool gitu deh 😁
Hapus