Mager

by - April 19, 2018


Dibuka sebelah matanya, itu pun dengan terpaksa. Berat dia mengangkat tangan untuk membuka tirai jendela. Kilau sinar matahari pagi membuat matanya menyipit. Bukan bangun, ini malah menutup tirai dan matanya kembali.

Terdengar suara notifikasi dari gawai yang tergeletak di meja sebelah tempat tidurnya. Dia pun membuka pesan, dibaca, untuk kemudian lanjut tidur lagi.

Ketukan kamar terdengar samar. Suara seorang perempuan memanggil nama penghuni kamar tersebut. Lembut sekali suara perempuan itu. Tidak ada emosi meskipun jawaban yang dinanti tidak ada.

Menyerah. Suara sandal pun terdengar menjauh meninggalkan kamar. Sedang penghuninya? Terlihat dia makin tenggelam dalam mimpi.

Gawai yang tadi tergeletak tanpa dikembalikan ke meja yang berada di sebelah tempat tidurnya, berbunyi kembali.

An, jangan lupa satu jam lagi kita kumpul di rumah Ziya.

Setelah membaca pesan singkat tersebut. Digeletakkan kembali gawai itu di sebelah tubuhnya.

Tempat tinggal Ziya tidak jauh dari rumah di mana dia kos. Yah, kurang lebih dua puluh menit dengan menggunakan sepeda motor. Hal itulah yang menyebabkan dia merubah posisi tidur menjadi telungkup. Masih cukup waktu.

Setelah dirasa cukup mengumpulkan nyawa agar tubuh tersadar dari tidur. Dia beranjak dari kasur empuknya.

Kemudian, laki-laki berwajah bulat, hidung mancung terjepit pipi tembem, tubuh gempal, berambut keriting itu membuka tirai jendela dengan sebelah tangan. Sinar matahari membuat kulit putihnya bersinar.

Sambil berjalan ke kamar mandi, dia melepas kaus bergambar Captain America. Lamat-lamat terdengar senandung di antara gemericik air dari kamar mandi. Tidak bernada, datar, dan tanpa lirik. Susah untuk mengenali lagu siapa yang sedang dinyayikannya.

Tubuh bulat dari kepala sampai kaki itu,keluar dari kamar mandi dengan hanya terbalut handuk. Perut buncit bulatnya menggelayut di atas kain tebal berbulu, bergambar Wonder Women. Beruntung pusernya tidak bodong. Rambut keriting bak mie ayam Karso di ujung jalan rumah kos nya terbungkus handuk kecil hijau bermotif Cat Women.

Bibir lebar dan sedikit tebal itu dikerucutkan hingga menghasilkan bunyi siulan. Kali ini lebih bernada dan berirama dibanding senandung yang dia lakukan di kamar mandi tadi.

Memilah baju di antara sekian gambar super hero kesukaannya, seperti: Spiderman, Robocop, Batman, Zoro, Phantom, Hulk, dan masih banyak lagi. Setelah membolak balik baju yang tergantung di dalam lemari berwarna hitam dan bergambar kelelawar. Dia pun menjatuhkan pilihan pada gambar super hero yang mempunyai tubuh besar berwarna hijau.

Dipadakannya baju kaus berwarna dominan putih tadi dengan celana selutut berwarna cokelat susu. Kalau saja dia menurunkan bobot berat tubuh yang hampir 90 kg itu. Pasti banyak gadis yang klepek-klepek sama dia.

Cermin yang terpasang di pintu lemari, memperlihatkan keseluruhan tubuh dia yang gempal. Masih tetap bersiul lagu sound track Batman, Kiss from The Rosenya Seal. Disisir asal rambut mie goreng itu dengan jemari bulatnya. Percuma memakai sisir juga, dia berpikir seperti itu.

Jam dinding dengan gambar Robin menunjukkan angka sepuluh. Masih satu jam lagi dari perkumpulan yang direncanakan oleh Ziya.

Diambilnya kotak susu literan dan lima potong roti bakar sisa semalam dari dalam kulkas. Setelah semua habis dilahap dan menyisakan separuh susu di dalam kotak. Dia mengelus-ngelus perut yang makin membuncit dan bergumam, “Ah, indahnya dunia hari ini.”

Setelah makanan tadi dirasa cukup untuk mengganjal perutnya. Tubuh gempal itu direbahkan kembali ke tempat tidur. Direntangkan kedua tangan ke samping, demikian juga dengan kedua kakinya. Mata terpejam seakan dia sedang menikmati dunia di dalam kamar 5x5 tersebut. Suhu AC dalam ruangan dibuat 18 derajat celcius. Hmm, dia benar-benar sangat PW, posisi wuenak.

Notifikasi gawai berbunyi. Dia pun mengambil dan membaca pesan yang baru masuk. Ziya ternyata memberitahu bahwa sebagian teman sudah berkumpul.

Enggan dia beranjak dari tempat tidur. Setelah dia melihat cuaca luar lewat jendela kamar yang begitu terik. Terbayang tubuh yang akan basah karena peluh. Belum lagi debu dan asap kendaraan bermotor. Terlebih mereka berkumpul hanya untuk sekadar mengobrol, membahas tugas kuliah. Membosankan, begitu dia berpikir.

Kamar ini lebih menjanjikan kenyamanan daripada pergi ke rumah Ziya. Apalagi jam makan siang akan segera tiba. Ibu kos biasanya akan membuat menu ayam goreng bumbu lengkuas. Hal yang pantang untuk meninggalkan kamar kos ini.

Diurungkan niatnya untuk pergi ke rumah Ziya. Rasa-rasanya mager.  Alasan yang berada dibenaknya lebih masuk di akal. Terlebih urusan perut lebih penting. Begitulah dia berpikir.

Diambilnya remote DVD. Mengalun lagu “Mager” yang disenandungkan oleh Ran. Dia pun menikmati hari itu. Di dalam kamar yang kebal dari terik panas matahari dan debu.

#ODOPBatch5













You May Also Like

2 komentar