Matanya Diistirahatkan Dulu yah, Kak
Tadi siang kakak memberi kabar bahwa kuliah hari Jumat ini diliburkan. Hadewh, baru masuk empat hari, hari kelima malah diliburin. Nggak ngerti deh sama sistem perkuliahan zaman now.
Pesan terakhir via wa dari kakak adalah, “Mah, siapin uang ojol lima ribu, yak. Ntar Kakak ganti.”
Ngobrol satu jam tapi karena diseling iklan (baca: ngurus rumah), ya, paling sebenernya cuma sepuluh menit. Dari mulai kakak berada di mobil travel sampai kendaraan yang ditumpanginya tiba di tol Timur. Pesan di atas itulah percakapan terakhir saya dan kakak.
Kedatangan kakak yang sudah biasa. Membuat sikap saya juga biasa saja. Toh, kakak memang seminggu sekali pulang ke rumah. Saya melanjutkan chatting dengan grup Bunsay. Sedang kakak langsung mandi.
Sampai akhirnya tiba waktu ashar. Kakak menghampiri saya dan berkata,”mata Kakak merah lagi nih, Mah. Bengkak dan kayak ada yang ngeganjel gitu di dalem mata.”
Padahal ya, waktu kakak kembali ke Karawang hari Senin. Matanya itu sudah membaik. Paling satu hari berobat lagi, mata kakak akan sembuh seperti sedia kala. Lah ini. Saya kaget dong. Matanya jadi mengecil karena bengkak dan merah.
Saya meminta kakak untuk memberi obat tetes mata pada mata kanannya. Sedangkan saya, kembali berkutat di dapur.
Setelah magrib, saya menemui kakak di kamar. Untuk melihat kondisi matanya. E...ladalah, dia lagi main hape.
“Hapenya ntar-ntaran lagi, Kak. Itu kan matanya lagi bengkak. Istirahatin dulu tuh mata. Kasihan.”
Cuma lirikan mata doang sebagai balasan dari saran saya. Itu juga lirikan karena kakak nggak mau kalah sama game yang sedang dimainkan.
Ya, sudah. Saya pun keluar dari kamar kakak.
Selang beberapa lama kemudian. Saya masuk ke kamar kakak lagi untuk kedua kalinya.
“Udah ditetesin lagi matanya?”
“Udah, baru aja,” balas kakak sambil berkaca memeriksa matanya.
“Mata Kakak tambah berair nih, Mah.”
“Makanya main hapenya diudahin dulu. Kan dah dibilang tadi. Itu mata butuh istirahat.”
Terdengar musik dari hape kakak yang diletakkan di atas kasur.
“Yah, baru aja mau baca buku, Kakak.”
Sebuah novel di samping hape sudah disiapkan kakak untuk dibaca.
“Udah, hapenya dengerin musik aja. Bacanya juga nanti-nanti aja. Nggak kasian apa sama tuh mata.”
Saya keluar kamar. Sama seperti keluar kamar kakak pada saat saya masuk. Untuk yang kedua kali ini pun. Saya tidak mendapat janji kakak untuk menuruti saran saya.
Tapi yang jelas. Ketika saya masuk ke kamar. Kamar kakak gelap, lampunya sudah dimatikan. Berarti dia tidak main hape dan tidak juga membaca novel.
#hari9
#gamelevel1
#tantangan10 hari/17hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#gamelevel1
#tantangan10 hari/17hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
0 komentar