Kan, Bukan Karena Radiasi HP

by - September 07, 2018



“Jadinya hari ini Kakak mau berobat ke mana?” Saat itu waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Saya berdiri di samping tempat tidur kakak yang sedang bermain hp. Susah juga memberikan pengertian pada kakak untuk tidak berlama-lama main hp. Game pula.

“Kakak mau ke RSUD. Dokternya praktek sore, jadi daftarnya jam 13.00.”

Sebelumnya saya sudah menyarankan untuk berobat ke klinik terdekat. Tapi kakak kurang yakin dan percaya dengan dokter di klinik tersebut. Maklumlah, beberapa kali berobat di sana, kurang memuaskan. Ya, wajarlah yah. Namanya juga gratisan. Jadi yah obatnya ala kadar gitu deh.

Ya, sudahlah terserah kakak saja kalau dia memang ingin berobat ke dokter yang lebih jauh dari rumah. Padahal maksud saya kan agar kakak tidak capek. Mata yang sakit dan semakin merah, lebih baik kan tidak terlalu kena angin. Ah, mau bagaimana lagi. Setidaknya dia menuruti nasihat saya untuk memakai kacamata dan pergi lebih awal.

“Mah, dokternya nggak ada. Hari ini dia nggak praktek.” Kakak menyampaikan hal itu sesaat setelah dia mengirim pesan lewat wa. Dan saya menelpon balik ke dia. Perjalanan mengendarai ojol memang lebih cepat. Tidak sampai dua puluh menit, kakak memberi kabar tentang dokter mata yang dituju.

Coba tadi mengikuti kata-kata saya untuk langsung ke klinik. Setidaknya saat itu tentu sudah kembali ke rumah dengan obat dari dokter di klinik yang sarankan tadi. Ucap batin saya tentu.

“Kakak langsung ke klinik aja ya, Mah .” Tuh kan. Akhirnya kakak menyampaikan bahwa dia akan langsung ke klinik.

Dan pembicaraan pun selesai. Kenapa nggak dari awal ikutin kata mamah sih, Kak?
*
“Tuh kan, Mah. Mata Kakak merah bukan karena main hp.” Kakak masuk ke dalam kamar saya. Kemudian duduk disisi tempat tidur. Saya alihkan pandangan dari hp pada kakak.

Ya, kakak baru saja kembali dari apotek. Kami lupa kalau tetangga tidak jauh dari rumah ada dokter spesialis mata. Kakak memberikan laporan  hasil pemeriksaan dokter mata tersebut.

“Dokter Diki bilang, kalau merahnya karena radiasi hp, mata yang kena tuh dua-duanya, bukan cuma sebelah.” Saya tetap mendengarkan penjelasan kakak. Kemudian kakak pun mengeluarkan dua strip obat tetes mata dari kantong plastik kecil. Kemudian menunjukkannya ke saya, “Nah, ini obatnya yang oke punya, Mah. Yang dari klinik tadi nggak usah dipake lagi. Obat minumnya juga nggak usah.”

Sekali lagi kekurang yakinan kakak pada dokter di klinik terbukti benar. Obat yang diteteskan pada mata kakak. Membuat matanya bertambah merah. Bukan mengarah pada perbaikan.

Okelah, pada malam tersebut, saya cuma menjadi pendengar. Padahal maksud saya bilang mata kakak merah akibat kebanyakan main hp, biar kakak bisa mengurangi jam main hp-nya. Tapi apa boleh buat. Kakak mempunyai argumentasi lebih kuat. Yaitu dari dokter spesialis mata.

#hari2 (intensity of eye contact, choose the right time)
#gamelevel1
#tantangan10 hari/17hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional



You May Also Like

0 komentar