Kenapa Senangnya Mepet sih, Kak?

by - September 11, 2018

Senin adalah hari tersibuk saya dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Senin saya harus menyiapkan dan mengirim barang serta mem-booking ojol.
Dalam waktu dua jam mencuci, merapikan rumah, packing, belanja, harus sudah selesai.

Di hari Senin ini pulalah, kakak akan kembali memulai perkuliahan. Kesibukan pagi saya tersebut membuat tidak punya banyak waktu untuk berbincang dengan kakak. Pukul sepuluh ia harus segera berangkat. Jadwal kereta menurutnya adalah pukul sebelas.

“Mah, Kakak udah mau berangkat, nih.”Teriak kakak memanggil saya yang sedang diatas membereskan cucian yang memang sudah selesai.

Saya pun mengiyakan panggilan kakak untuk turun menemuinya.

“Cepet, Mah. Mana bekelnya (baca:uang).”

Jarum pendek pada jam dinding diatas pintu depan berada di angka sepuluh. Sedangkan jarum panjang berada di angka empat.

Saya menghampiri kakak di kamar setelah mengambil beberapa lembar uang pecahan ratusan ribu. Terlihat kakak sedang memakai masker.

“Udah booking ojolnya?”

“Udah.” Kakak masih terlihat sibuk mempersiapkan sisa-sisa barang yang akan dibawa.

“Udah dari tadi padahal bookingnya. Satu menit melulu tapi nggak sampe-sampe,” ucap kakak sambil menutup resleting tas dengan dipaksakan.

“Gimana tas nggak cepet rusak. Biar tas yang mahal sekali pun juga kalau overload gitu isinya. Bakal cepet rusaklah, Kak.”

Saya melihat sudut mata kakak sedikit berkerut. Ada sekilas sinar cahaya dari bola matanya yang tidak tertutup masker. Ya, kakak tersenyum. Rupanya ia menyetujui dan membenarkan apa yang dikatakan saya.

“Kak.” Saya berdiri di pintu kamar kakak. Biar deh waktu yang cuma sebentar ini saya cerewet.
“Tadi malem udah mepet janjian ketemuan sama reseller. Sekarang mepet lagi aja mau pulang. Kereta mah nggak nungguin Kakak,” lanjut saya.

Kakak masih kasak-kusuk menurunkan dua tas dari atas kasur. Menyiapkan ongkos ojol, kereta, dan ongkos ojol ketika nanti sampai di Karawang nanti. Dimasukkannya uang-uang tersebut di saku celana yang kiri, kanan, dan belakang.

Ya, saya memang meminta kakak untuk mempersiapkan uang pas untuk transportasi sebelum berangkat. Dengan maksud agar kakak tidak perlu membuka tas dan dompet di tempat keramaian seperti stasiun. Demi keamanan dan terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Misalnya ada barang yang terjatuh atau tercecer ketika membuka tas yang sarat akan isi.

Kakak menenteng tas dan membawanya keluar kamar. Kemudian meletakkannya di samping pintu keluar.

“Itungan Kakak tuh, Mah. Kalau kereta berangkat pukul sebelas. Kakak masih dapet kuliah yang pukul satu. Palingan Kakak sampai Karawang pukul 12.30,” ucap kakak sambil membalikkan badan menghadap saya yang berada persis di belakangnya. Meyakinkan saya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lima menit kemudian ojol pun datang. Kakak mencium tangan dan berpamitan pada saya.

Semoga perjalanan kakak lancar dan bisa sampai di Karawang sebelum pukul satu. Aamiiin.

#hari6 (Clear and clarify, choose the right time)
#gamelevel1
#tantangan10 hari/17hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional



You May Also Like

0 komentar