Review Novel Dilan

by - Mei 06, 2018


Judul buku: Dilan 1990
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Jml hal: 332 hal

Demam Dilan dan Milea belum lama berakhir. Dan saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang penasaran akan filmnya.

Maklum saya kan produk tahun 1990. Pernah kuliah di Bandung juga sekitar tahun 1992 - 1996. Yah, jadi sedikit banyak masih tergambar jelas apa yang Pidi Baiq sang penulis Dilan 1990 tuangkan ke dalam novelnya.

Apalagi saya tinggal di Jalan Patuha, tidak jauh dari wilayah Buah Batu. Makin jelaslah apa yang sudah Dilan jelaskan ke Milea, pada saat mereka berdua berboncengan naik motor, menyusuri jalan Bandung.

Pada awal-awal bab, penyuguhan cerita biasa saja, alias tidak ada yang istimewa. Cuma gombalannya Dilan tidak seperti anak remaja kebanyakkan.

Usut punya usut, di pertengahan bab lah kita akan mengetahui mengapa rayuan dan gombalan Dilan begitu elegan dan bermakna. Tidak perlu kata-kata romantis,tidak perlu suasana mendayu dan mengharu biru. Di angkot, menyusuri jalan sekolah pun lontaran kata-kata Dilan mampu meluluhkan hati Milea yang sudah memiliki pacar di Jakarta.

Konflik yang disuguhkan bukanlah konflik Dilan sendiri. Tapi lebih karena Dilan si Panglima Tempur geng motor mempunyai anggota yang nakal dan susah diatur.
Akibatnya terjadilah penyerangan oleh geng motor lain ke sekolah untuk mencari anak buah Dilan tersebut.

Meski hubungan Dilan dan Milea lebih dari sekadar teman. Tanpa peresmian tentu hal ini membuat Milea gusar. Benarkah dia pacar Dilan? Seperti yang dia dengar dari mulut ibu Dilan sendiri.

Di sinilah istimewanya seorang Dilan yang berbeda dari remaja kebanyakkan. Buku Kahlil Gibran yang dibacanya, membuat dia dapat meluluhkan hati Milea. Rayuan bukan gombal.

Bahkan di pertengahan bab sampai akhir. Penulis menyuguhkan kalimat sederhana namun sarat makna. Begitu mumpuninya dia, menulis dari sudut orang pertama perempuan. Padahal kan Pidi Baiq laki-laki. Tidak menggunakan banyak tempat sebagai setting ceritanya. Paling banyak lokasi cerita cuma sekolah dan rumah.

Selesai membaca buku ini, saya mesem-mesem sendiri. Mungkin karena saya pernah hidup di jaman itu. Dan saya pernah mengalami salah satu adegan di dalam film tersebut. Stt, rahasia.

Kalau kamu menonton film Dilan, tentu kamu juga bakal punya adegan favorit yang pernah dialami pada jaman tersebut.



You May Also Like

0 komentar