Dibantu Kakak
Minggu pagi pulang CFD (Car Free Day) lelahnya menjadi dua kali lipat. Lelah sehabis CFD dan lelah melihat cucian baju di ember yang penuh juga padat. Seketika sekujur tubuh menjadi lemas, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.
Kulihat jam di dinding pukul 09.30. Lelah belum juga hilang, malah malas makin menguasai tubuh.
“Bantuin nyuci dong, Kak?” pintaku pada kakak.
Oh iyah, kelupaan bilang, kalau aku tuh nggak punya mesin cuci. Jadi tenaga dan kemauan kuat adalah modal utama. :)
“Yah, mamah. Kakak mau ngerjain sisa tugas yang belum selesai, nih.” Kakak memberi alasan tidak bisa membantuku mencuci pakaian.
“Lagian ntar sore kakak pulang. Besok Senin tugasnya dikumpulin,” lanjut kakak menguatkan alasan yang tidak bisa kubantah.
Akhirnya dengan menumbuhkan sisa semangat. Dan bayangan cucian yang akan bertambah esok hari. Aku pun membawa cucian naik ke atas untuk dicuci.
Di pertengahan menyuci terdengar pintu dibuka. Tidak perlu kulihat siapa yang menghampiriku. Terlihat kakak menaruh dingklik (bangku plastik kecil) di samping ku.
“Udah, mamah makan dulu, gih. Biar cuciannya kakak yang nerusin. Ntar pingsan lagi gara-gara nyuci dengan perut kosong.”
“Masih kenyang waktu makan bubur ayam tadi, Kak.”
“Itu kan tadi pukul tujuh, Mah. Sekarang udah pukul setengah sebelas.”
Angin berembus, meredam udara panas. Juga membuat hati adem. Kakak yang memutuskan untuk membantu menyuci dan membiarkan ibunya untuk makan siang. Berhasil membuat aku menjadi ibu yang paling bahagia.
Di hari Minggu itu. Kami mencuci berdua sambil ngobrol. Quality time tidak perlu di tempat mahal dan jauh. Menghabiskan waktu berdua dengan mencuci pun jadilah. Hampir dua jam lebih kami menghabiskan waktu bersama tanpa gawai di tengah kami.
#Harike5
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
Bunda Sayang
Melatih Kemandirian
Ibu Profesional
IIP
Bunda Sayang
Melatih Kemandirian
Ibu Profesional
IIP
0 komentar