Motivasi Ada Dimana-Mana

by - Juli 29, 2018

28 Juli 2018

Jarum jam menunjukkan angka delapan. Pakaian baru saja dijemur. Hari ini saya akan menghadiri seminar dari salah satu platform olshop besar yang sering bersliweran di facebook. Dia mendeklarasikan bahwa platformnya sudah memiliki reseller sebanyak 53 ribu. Bukan jumlah yang sedikit, bukan? Dan 98% nya adalah emak-emak.

Acara dimulai pada pukul sembilan. Telepon berbunyi saat saya sedang memakai hijab.

“Gue udah sampe dari jam delapan, nih. Lo udah di mana?”

Kulihat jam dinding berbentuk segilima. Pantas saja teman saya itu menelepon. Sepuluh menit menuju pukul sembilan. Dan saya masih berada di rumah.

“Bentaran, yak. Gue booking ojol dulu. Lo masuk duluan aja.”

Biasanya sih saya tidak begini. Selalu datang sebelum acara dimulai. Tapi karena ini adalah acara kedua dari komunitas yang sama. Maka saya yakin kalau acara akan dimulai setengah sepuluh.

“Mah, udah rame nih. Mamah udah di mana?”

Pesan dari kakak tidak sempat dibalas karena saya sudah duduk manis di ojol.

“Tadi kakak cuma setengah jam, udah sampai, mah.”

Begitu yang saya baca pesan lanjutan dari kakak.

Yah, seminar ini adalah acara komunitas kakak. Dia meminta saya untuk meramaikan acaranya untuk menambah jumlah peserta yang kurang. Saya pun mengajak beberapa orang teman,  walaupun hanya dua orang yang bergabung dari sepuluh yang saya tawari.

Laju motor pelan sekali untuk kecepatan di jalan raya. Perkiraan saya sih, sepertinya tidak lebih dari 40 km/jam. Bahkan lebih seringnya mungkin 20 km/jam. Meski tidak sabar karena sudah telat, saya tidak berani untuk meminta tambah kecepatan. Biarkan saja deh.

Tiba di lokasi menjelang setengah sepuluh.

“Hampir aja gue pulang lagi.”

Salah satu teman yang lain ngedumel karena saya tidak kunjung tiba dari waktu yang ditentukan.

“Kan di dalem udah ada Divi.” Sambil membayar ojol.

Kami pun bertiga akhirnya bertemu di tempat registrasi ulang. Dan ruangan sudah hampir penuh. Kami duduk di barisan kedua dari belakang. Menurut kakak, dari target 300 orang, hanya dihadiri 215 sudah termasuk panitia sebanyak 25 orang.

Benar saja, acara dimulai kurang lebih hampir mendekati pukul sepuluh.

Dua proyektor dan layar terpampang cukup besar yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan. Sehingga audience dapat melihat dengan mudah dari berbagai sisi. Kecuali saya dan teman-teman yang duduk di belakang, terhalang kepala-kepala para peserta.

Acara berlangsung lancar dan baik. Seperti halnya berdagang. Maka testimoni pun diperlukan agar bisa banyak menarik pembeli.

Nah, disinilah tujuan utama si platform ini. Untuk meyakinkan para peserta seminar akan usaha yang sudah berjalan tersebut. Maka didatangkanlah dua reseller sebagai nara sumber. Salah satu dari mereka sudah beromset ratusan juta per bulan.

Siapa sih yang tidak tertarik untuk tidak bergabung menjadi salah satu dari 53rb reseller tersebut? Dua orang teman saya yang turut serta dalam seminar itu juga tertarik. Akhirnya mereka malah daftar jadi reseller deh.

Acaranya keren dan ok banget. Sebelum masuk ke acara berbincang-bincang dan tanya jawab oleh dua narasumber yang sudah berhasil tersebut. Ada seorang wanita yang mendekati persalinan dua minggu katanya, menjadi pembicara. Mungkin lebih tepatnya dia menjadi motivator dan inspirator buat kami yang hadir disana.

Bingung kan mengapa wanita hamil begitu istimewa? Yang istimewanya itu, dia penyandang disabilitas, tuna rungu. Salut saya, sampai mata berkaca-kaca saking takjubnya. Ibu yang mendidiknya pasti bangga mempunyai anak seperti dia.

Tahu tidak? Dia berhasil menamatkan jenjang S2 nya selama lima tahun. Keren kan. Hampir tiga kali lebih lama dari yang fisiknya normal, dia baru menyelesaikan studi S2 nya. Dan kerennya lagi. dia mengambil bidang studi komunikasi. Bayangkan, seorang tuna rungu dan bicara adalah penunjang utama dalam ilmu komunikasi. Tapi yang diambil malah jurusan yang mengharuskan dia banyak menggunakan kata-kata. Bayangkan deh teman-teman bagaimana usaha kerasnya akhirnya membuahkan hasil.

Meskipun dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar setelah lulus S2. Tetap ketimpangan dan ketidakadilan selalu diterimanya. Seperti yang dialami sewaktu sekolah dulu. Menurutnya, dia dari mulai SD sampai SMA belajar di sekolah umum bukan khusus untuk anak berkebutuhan khusus.

Ketimpangan yang dia rasakan membuatnya berpikir bagaimana nasib sesamanya yang menyandang disabilitas juga. Akhirnya dia pun memutuskan untuk mengundurkan diri.

Dengan keahlian yang dia miliki. Membuatnya dapat menampung 1500 orang penyandang disabilitas dalam lapangan kerja yang diciptakannya di bidang jasa. Seperti, cleaning service.

Keberhasilannya tersebut membuat dia diundang sebagai pembicara motivator. Bahkan sampai terbang ke Amerika.

Kemauan, usaha, sabar, dan doa selalu membuahkan hasil yang manis. Kalimat ini adalah yang dapat saya simpulkan dari seminar pada hari itu.

Saya? Apakah akhirnya saya tertarik sama seperti kedua teman saya yang mendaftar menjadi reseller platform tersebut di akhir acara?

Ya, saya memang tertarik. Sayang, hanya sebatas kata tertarik. Karena saya sudah membranding diri dengan Yo’Qta (yoghurt) dan menulis. Mereka adalah passion saya. Merekalah yang membuat hidup saya bergairah. Bahkan pada saat mereka mengecewakan, saya tidak pernah meninggalkannya.

Saya hanya kurang keras dan tegas pada diri sendiri. Karena apapun yang dikerjakan kurang maksimal. Kadang suka masih banyak Mr. Alasan kalau sudah menghadapi masalah.

Tapi sekarang sudah mulai agak keras pada diri. Saya sudah mulai mengubah kandang waktu. Dan sudah mulai terlihat hasilnya. Semoga perubahan yang sedikit ini dapat menyingkirkan Mr. A. Aamiiin.

#ODOP

You May Also Like

0 komentar